Harga emas melanjutkan reli ke rekor tertinggi di US$4.056 per troy ons. Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai tren bullish emas masih kuat, didukung kombinasi faktor teknikal dan fundamental seperti pemangkasan suku bunga The Fed serta ketidakpastian politik AS.
Harga emas (XAU/USD) masih menunjukkan potensi penguatan pada perdagangan hari ini setelah mencatatkan reli selama tiga sesi berturut-turut. Logam mulia tersebut sempat menyentuh rekor tertinggi baru di level US$4.056 per troy ons pada Rabu (8/10), naik lebih dari 1,70% dalam satu hari. Berdasarkan analisis Andy Nugraha, analis dari Dupoin Futures Indonesia, lonjakan harga emas yang sudah mencapai 54% sepanjang tahun ini merupakan hasil dari kombinasi kuat antara faktor teknikal dan fundamental yang masih menopang tren bullish.
Dari sisi teknikal, Andy menjelaskan bahwa berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average, tren kenaikan XAU/USD masih terjaga dengan baik. “Harga emas saat ini masih bergerak di atas area support utama dan belum menampilkan tanda pembalikan arah yang signifikan. Jika tekanan beli berlanjut, bukan tidak mungkin emas kembali menguji level US$4.056 atau bahkan menembus level yang lebih tinggi,” ujarnya. Namun, ia juga menambahkan bahwa jika momentum menguat mulai melemah, maka potensi koreksi bisa membawa harga turun ke sekitar US$3.986 per troy ons.
Sementara dari sisi fundamental, reli emas kali ini didorong oleh meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Pada Kamis (9/10), harga emas stabil di kisaran US$4.010 setelah terkoreksi ringan dari puncaknya di US$4.059 pada sesi perdagangan Asia. Para investor masih mencari perlindungan pada aset safe haven di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi fiskal dan politik Amerika Serikat. Krisis penutupan pemerintahan (government shutdown) AS yang telah berlangsung selama sembilan hari tanpa kesepakatan antara Partai Republik dan Demokrat memperburuk sentimen pasar. Bahkan, pemerintahan Presiden Donald Trump memperingatkan tidak adanya jaminan pembayaran bagi pegawai federal selama masa penutupan tersebut.
Kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) juga menjadi katalis utama penguatan harga emas. Bank sentral AS baru saja memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan bulan September, penurunan pertama sejak akhir 2024 dan memberi sinyal akan ada dua kali pemangkasan tambahan hingga akhir tahun ini. Berdasarkan data CME FedWatch, pasar memperkirakan ada 78% peluang penurunan suku bunga lagi pada Desember mendatang. Secara historis, kebijakan suku bunga rendah mendorong kenaikan harga emas karena mengurangi biaya peluang memegang aset tanpa imbal hasil seperti logam mulia.
Meski demikian, penguatan harga emas masih dihadapkan pada hambatan dari meredanya ketegangan di Timur Tengah. Presiden Trump mengumumkan tercapainya tahap awal kesepakatan damai antara Israel dan Hamas, termasuk rencana pembebasan sandera dalam waktu 72 jam. Walau implementasinya masih belum pasti, kabar ini sedikit mengurangi permintaan ekstrem terhadap aset safe haven seperti emas.
Menariknya, reli harga emas berlangsung di tengah penguatan Dolar AS, di mana indeks DXY naik 0,45% ke level 99,00, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun tipis ke 4,113%. Penurunan imbal hasil riil AS yang secara historis berbanding terbalik dengan harga emas turut memperkuat daya tarik logam kuning ini.
Dengan dukungan dari sisi teknikal dan fundamental, Andy Nugraha memprediksi tren emas masih positif dalam jangka pendek. Selama harga tetap berada di atas level psikologis US$4.000, potensi penguatan emas diperkirakan masih akan berlanjut pada perdagangan hari ini.
Press Release ini juga tayang di VRITIMES