Jakarta, 20 November 2025 – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini menyatakan dukungannya terhadap sebuah Rancangan Undang-Undang yang berpotensi memberikan kewenangan kepada AS untuk menerapkan tarif hingga 500% pada impor dari negara-negara yang masih membeli energi Rusia, meskipun RUU tersebut saat ini masih dalam tahap usulan dan belum resmi menjadi undang-undang.
Usulan kebijakan ini secara khusus menyoroti komoditas utama seperti minyak bumi, gas alam, produk olahan minyak, dan uranium sebagai barang yang tercakup, dengan menunjuk India dan Tiongkok sebagai pembeli utama yang akan terkena dampak.
Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk memberikan tekanan finansial yang sangat besar kepada Moskwa. Namun, para ahli hukum perdagangan internasional telah memberikan peringatan bahwa penerapan bea masuk sebesar 500% akan segera memicu perdebatan serius mengenai aturan perdagangan global dan sangat dapat menimbulkan pembalasan dari negara-negara yang dikenakan tarif.
Dampak dari berita ini telah terasa dengan cepat di pasar keuangan global, terutama pada aset kripto. Para investor aset kripto segera melakukan aksi jual besar-besaran dalam beberapa jam pertama setelah berita tersebut muncul, yang mendorong lonjakan volatilitas di seluruh token utama. Laporan mencatat bahwa hampir $620 juta posisi aset kripto dilikuidasi dalam waktu 24 jam, memaksa lebih dari 152.000 pedagang tereliminasi, dengan kerugian terbesar berasal dari satu pesanan Bitcoin senilai $30 juta di bursa Hyperliquid.
Pergerakan tajam tidak hanya terjadi pada Bitcoin, tetapi juga pada sejumlah altcoin besar seperti XRP, Solana, dan Cardano yang mengalami ayunan harga dramatis, sementara Ethereum tergelincir hingga $3.000. Secara keseluruhan, Bitcoin sendiri mencatat penurunan sebesar 9% dalam 7 hari terakhir .
Lebih lanjut, jika tarif tersebut diberlakukan, gangguan pada aliran energi akan menjadi tak terhindarkan. Situasi ini berpotensi besar mendorong kenaikan harga minyak mentah dan gas, di mana peningkatan biaya energi secara historis selalu berujung pada lonjakan inflasi.
Bank sentral di seluruh dunia mungkin akan merespons dengan mempertahankan suku bunga di level tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sebuah langkah yang dapat merugikan untuk aset kripto. Namun demikian, pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa ketika rezim harga baru mulai terbentuk, masyarakat terkadang mencari alternatif selain uang tunai dan simpanan bank. Dinamika inilah yang menjadi alasan mengapa pasar aset kripto memantau usulan kebijakan ini dengan begitu cermat.
Bertepatan dengan momentum ini, Bittime, platform crypto exchange akan menghadirkan kampanye Begin Investing Today for New Coins. Menargetkan trader aktif dengan risiko investasi lebih tinggi, di mana setiap pengguna berkesempatan untuk memperdagangkan aset-aset baru berpotensi di Bittime, dan nantinya akan mendapatkan insentif berdasarkan total volume trading tertinggi.
Bagi para investor di Indonesia, pergerakan pasar aset kripto ini memiliki dampak signifikan yang perlu dicermati. Sifat pasar yang selalu aktif menuntut para investor untuk memiliki manajemen risiko, disiplin waktu, dan perluasan literasi seputar aset kripto.
Bersama dengan hal ini, Bittime melalui platformnya yang inovatif dan berorientasi pada pengguna, berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekosistem aset kripto di Indonesia sekaligus membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk berinvestasi secara cerdas.
Selaras dengan ini, literasi dan edukasi investasi juga menjadi fondasi utama dalam menghadapi gejolak ekonomi global. Investasi bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi tentang melindungi nilai aset yang sudah dimiliki.
Seperti diketahui, investasi aset kripto mengandung risiko tinggi. Hal tersebut termasuk fluktuasi harga, kehilangan modal, risiko likuiditas, teknologi, dan regulasi yang menjadi tanggung jawab pribadi pengguna. Karena itu sangat penting untuk terus melakukan riset, dan diskusi dengan komunitas-komunitas terpercaya, salah satunya komunitas Bittime.
Press Release ini juga tayang di VRITIMES

