Jawa Timur, 20 November 2025 – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) meningkatkan kesiapsiagaan dan pemantauan secara intensif terhadap infrastruktur yang berpotensi terdampak erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur. Langkah responsif ini diambil menyusul laporan resmi Badan Geologi yang menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Semeru dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) pada Rabu (19/11/2025).
Sebelumnya, tercatat pada pukul 14.13 WIB, Gunung Semeru
mengalami erupsi berupa Awan Panas yang berlangsung secara beruntun dengan
amplitudo maksimum mencapai 37 mm. Lantaran kondisi visual di lapangan tertutup
kabut, jarak luncur awan panas belum dapat terpantau secara pasti. Badan
Geologi juga telah mengeluarkan imbauan agar masyarakat tidak beraktivitas di
sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan hingga radius 20 kilometer dari
puncak gunung.
Merespons situasi kebencanaan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Lumajang telah menetapkan Status Tanggap Darurat selama 7 (tujuh)
hari, terhitung mulai tanggal 19 November 2025 sampai dengan 25 November 2025.
Sebagai wujud dukungan dan kesiapsiagaan, Kementerian PU
melalui unit pelaksana teknis (UPT) di Jawa Timur, yakni Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur–Bali dan Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Brantas, terus melakukan koordinasi intensif. Sinergi dilakukan
bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur serta instansi
terkait lainnya guna memantau kondisi infrastruktur, khususnya 20 jembatan pada
jaringan jalan nasional yang berada di zona potensi paparan awan panas maupun
aliran material vulkanik.
Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, menegaskan
komitmen kementerian untuk terus memantau situasi demi keselamatan publik.
“Kami menghimbau masyarakat untuk tetap mengikuti arahan
Badan Geologi dan BPBD setempat. Kementerian
PU terus memonitor kondisi infrastruktur di kawasan Semeru,” ujar Menteri
Dody.
Sementara itu, Kepala BBPJN Jatim-Bali, Javid Hurriyanto,
menjelaskan bahwa hingga saat ini penanganan teknis secara menyeluruh belum
dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan aktivitas vulkanik yang masih berlangsung
dan situasi lapangan yang belum sepenuhnya aman bagi keselamatan petugas.
Kendati demikian, seluruh perangkat teknis BBPJN Jatim-Bali telah disiagakan
untuk segera melakukan pemeriksaan, pembersihan, hingga penanganan darurat
apabila kondisi memungkinkan.
“Seluruh tim kami dalam posisi siaga untuk
memastikan jembatan dan aksesibilitas tetap aman. Jembatan Besuk Kobokan sudah
dapat diakses, baru selesai proses pembersihan jembatan dari abu
vulkanik,” terang Javid.
Berdasarkan data pemantauan di lapangan, terdapat 20
jembatan jaringan jalan nasional yang menjadi fokus pengawasan dalam radius
kawasan terdampak. Struktur jembatan tersebut
memiliki panjang yang bervariasi, antara lain:
Jembatan
Kali Manjing (73 meter)Jembatan
Kali Genting (16,9 meter)Jembatan
Lebakroto (14 meter)Jembatan
Sumber Bulus A (38,5 meter)Jembatan
Sumber Bulus B (35,6 meter)Jembatan Kali Glidik I (7 meter)Jembatan Kali Glidik II (38 meter)Jembatan
Sumber Rowo III (25 meter)Jembatan
Kali Bening (31 meter)Jembatan
Kali Lengkong (80,4 meter)
Selain
itu, pemantauan ketat juga dilakukan pada Jembatan Kali Telu (7,5 meter), Supit
Urang II (6,5 meter), Besuk Kobokan (129 meter), Krumbang (8,1 meter), Kali
Kecik (15,7 meter), Kali Pancing (100 meter), Kali Mujur (183 meter), Jagalan
(7,2 meter), Dam Songo (8,8 meter), serta Jembatan Krobyokan (16,5 meter).
Program kerja ini merupakan bagian dari “Setahun Bekerja,
Bergerak – Berdampak” dalam menjalankan ASTA CITA dari Presiden Prabowo
Subianto.
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#SetahunBerdampak
Press Release ini juga tayang di VRITIMES

