KANALTANGERANG.COM, JAKARTA — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu program strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali diterpa berbagai hoaks di media sosial. Meski demikian, pemerintah bergerak cepat melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan untuk memastikan keamanan program tersebut.
Beberapa konten hoaks yang tersebar dinilai berpotensi menimbulkan keresahan publik, mulai dari foto editan Menteri Bahlil Lahadalia di India, hingga tudingan adanya minyak babi dalam ompreng MBG. Sebagian hoaks bahkan terkesan seperti mendukung pemerintah, namun justru menyesatkan masyarakat.
Hal tersebut didiskusikan cukup menarik oleh Khairil Haesy dan Reza Habsy dalam podcast di kanal Youtube Menyala Media. Podcast tersebut menyoroti deretan hoaks yang menerpa program MBG, yang dinilai penuh tendensi.
Hoaks Foto Menteri Bahlil Ditempel AI & Isu Minyak Babi
Salah satu unggahan TikTok memperlihatkan foto Menteri Bahlil diduga bertemu ahli gizi dari India. Setelah ditelusuri, pengecekan investigatif dari Tempo mengungkap foto tersebut merupakan hasil manipulasi AI.
Pose wajah, latar belakang, hingga watermark mencurigakan dari situs “fantasyworld.com” memperkuat indikasi bahwa foto itu tidak autentik.
Sedangkan isu minyak babi pada Ompreng MBG dibantah dengan pemeriksaan langsung ke lapangan. Hoaks yang cukup sensitif tersebut muncul di Instagram, menuding bahwa BGN menggunakan minyak babi pada peralatan makan MBG.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, langsung turun ke pabrik di Cikarang untuk melakukan pengecekan. Hasilnya, tidak ditemukan penggunaan minyak babi atau bahan haram lainnya yang dituduhkan.
Respons cepat yang dilakukan BGN dinilai sebagai langkah profesional dan tepat. Pemeriksaan dilakukan langsung di lapangan, bukan sekadar bantahan tanpa bukti.
Hoaks Bernada ‘Mendukung’ yang Justru Menyesatkan
Konten lain menyebut kasus MBG, termasuk keracunan makanan, sengaja ‘disetting’ untuk menjatuhkan Presiden Prabowo karena pidatonya di PBB.
Narasumber melihat hoaks seperti ini berbahaya karena menciptakan narasi berlebihan tanpa dasar dan justru merusak reputasi program itu sendiri.
Menurut Jaringan Pemantau Pendidikan dan temuan Kementerian Kesehatan, beberapa kasus keracunan bukan berkaitan dengan sabotase atau konspirasi, akan tetapi karena SPPG yang tidak menjalankan SOP distribusi makanan, dan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan tertentu.
Atas temuan tersebut, pemerintah langsung menindaklanjuti, sehingga proses evaluasi dan perbaikan bisa dilakukan lebih cepat.
Dampak Positif MBG: Tenaga Kerja Terserap, UMKM Terbantu
Selain isu hoaks, Program MBG dinilai membawa dampak signifikan bagi ekonomi lokal. Pembukaan dapur MBG di berbagai daerah dinilai mampu menyerap banyak tenaga kerja, menggerakkan UMKM, dan meningkatkan konsumsi pangan bergizi.
Program ini juga mendapat apresiasi tinggi di wilayah Indonesia Timur, seperti Papua, di mana anak anak disebut antusias menerima makanan sehat dan bergizi dari MBG.
Pakar mengingatkan pentingnya masyarakat memverifikasi informasi, terutama melalui media arus utama dan kanal resmi pemerintah. Tendensi suka atau tidak suka terhadap tokoh tertentu sering membuat hoaks menyebar lebih cepat.
“Bohong itu lebih cepat dari cahaya, maka verifikasi jadi kunci,” ujar Reza Habsy, salah satu narasumber dalam diskusi.(*)




