TIGARAKSA-Badan Perancanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tangerang menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta untuk membuat masterplan penanganan kawasan lokalisasi Dadap yang terletak di Kecamatan Kosambi.
Prof. Budi Pratikno dari UGM Yogyakarta menjelaskan, kawasan Dadap memiliki luas kurang lebih 12 hektar. Menurut Budi, kawasan Dadap merupakan salah satu kawasan strategis yang lokasinya terletak di perbatasan Kabupaten Tangerang dengan Pemprov DKI Jakarta.
Kawasan Dadap sendiri saat ini terdapat rumah-rumah tidak layak huni, menjadi langganan banjir atau rob, infrastruktur jalan tidak memadai, layanan sanitasi dan air minum tidak optimal. Dan juga di kawasan tersebut menjamur lokalisasi prostitusi liar. Lahan Kawasan Dadap terdiri dari 40 persen milik masyarakat dan sisanya milik PT Angkasa Pura II dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Konsep penanganan kawasan Dadap yang disodorkan UGM kata Budi adalah konsep Hambluminallah dan Hamblumminannas. “Konsepnya adalah membangun kawasan pendidikan dan profesi nelayan. Nantinya akan dibangun Islamic Boarding School untuk siswa SD sampai SMA, masjid dan guidelines dan lapangan terbuka hijau,” papar Budi di hadapan Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, Rabu (13/1/2016).
Selain itu, akan dibangun komplek asrama laki-laki dan asrama perempuan. Sistem transportasi dalam kawasan tersebut akan dibagi menjadi jalur utama dan jalur servis. Jalur utama berada di sisi Kali Prancis dan jalur servis di bagian selatan kawasan (jalan eksisting). Jalur sepeda disebar di jalan utama dan sekunder di dalam kawasan, kemudian dibedakan warna hijau untuk menghindari terjadinya overlap jalur. Rencana sistem parkir kawasan menggunakan dua bentuk offstreet parking dan onstreet parking.
Rencana sistem parkir perahu dibagi dalam dua sistem yaitu perahu pariwisata dan perahu untuk nelayan dan parkir pariwisata diintegrasikan dengan dermaga kecil. Sedangkan parkir nelayan diintegrasikan dengan kampung deret. “Kampung deret adalah kampung yang ditempatkan di atas air, fungsi bangunan berupa rumah tinggal dan rumah produksi. Rumah deret ini diperuntukan untuk nelayan produktif,” kata Budi.
Dermaga nelayan dan parkir kapal para nelayan ditempatkan di zona antara group kampung deret. Dengan adanya parkir kapal ini dapat mengatais terjadinya penumpukan kapal di muara sungai. Sedangkan untuk sistem tata hijau kawasan secara umum merupakan kombinasi antara ruang terbuka publik dan ruang hijau. Terdapat beberapa karakter tata hijau
Yang dikonsepkan dalam kawasan yaitu koridor sepanjang jalan utama, taman publik (masjid dan gerbang kawasan), ruang publik hijau di antara bangunan, budidaya tanaman produktif di kawasan perumahan nelayan.
“Rencana pembangunan kawasan ini dapat dilakukan dalam kurun waktu 10 tahun.
Satu tahun perencanaan, dan 9 tahun pembangunan. Biayanya diperkirakan mencapai Rp 250 miliar. Konsep ini mirip pembangunan kawasan rumah nelayan di Tegal yang akan diresmikan oleh Presiden Jokowi,” imbuhnya. Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar menyambut positif konsep yang ditawarkan UGM. (bar)