Filosofi Sukses Didik Setiawan

PANONGAN-Nama Didik Setiawan belakangan cukup ramai diperbincangkan. Pasalnya, pria yang lahir di Pamekasan, 15 Februari 1966 itu menjadi salah satu bakal calon  Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Kabupaten Tangerang.

Sejak pencalonannya, Didik yang merupakan lulusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Yogyakarta, mulai diperhitungkan.

Ditemui di kantornya, di Ruko Lagoon Ville JO1-23R, Citra Raya, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Selasa (23/5/17), Didik bercerita banyak tentang perjalanan hidup serta kariernya. Didik membuka cerita saat masa dirinya kuliah.

Dia mengatakan, waktu masih kuliah, dirinya  bertekad membiayai  sendiri seluruh kebutuhannya dalam menuntut ilmu.

“Sejak kuliah saya sudah memulai aktivitas usaha. Saya merintis usaha bimbingan belajar Heksagama. Dari situlah, selain untuk membiayai kuliah saya, Heksagama juga bisa dikatakan cikal-bakal yang membidani lahirnya lembaga bimbingan belajar Primagama,” kata Didik.

Ketua Lembaga Hikmah PDM Muhammadiyah Kabupaten Tangerang ini mengatakan, selepas kuliah, dirinya langsung bekerja di Bandung selama 8 tahun. “Setelah itu saya hijrah ke Tangerang,” imbuhnya.

Didik melanjutkan, tahun 2.000 dirinya mulai menggeluti bisnis konsultan. Namun, kata dia, saat itu jasa konsultasi yang diberikannya masih dalam ranah privat tanpa badan hukum.

Baru pada tahun 2006, Didik mendirikan perusahaan berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa konsultan. “Medio 1998-2000, banyak perusahaan yang kolaps, drop bisnisnya. Di saat itu saya masuk, memberikan konsultasi  kepada pengusaha agar tetap bertahan. Saya sampaikan ke pengusaha bahwa kita harus bisa berkelit di saat yang sulit,” ujarnya.

Didik menyatakan, secara riil, pertumbuhan ekonomi sedang melemah. Dalam kondisi itu, kata dia, dibutuhkan pelaku usaha yang bernyali dan yang berjiwa optimis. Dengan begitu, akan lahir inovasi-inovasi sebagai jawaban atas masalah atau tantangan yang datang.

“Klien saya di Kabupaten Tangerang hampir 300 perusahaan. Ada pabrik sepatu, peleburan besi, dan lainnya. Saya sampaikan filosofi bahwa mengambil keputusan harus berdasarkan solusi, bukan berdasarkan masalah,” terang Didik.

Didik mengungkapkan, kesuksesan yang diraihnya tidak lepas dari peran dan dukungan keluarga. Dia mengaku bersyukur karena istri dan anak-anaknya mendukung penuh setiap langkahnya.

Dia mengatakan, sang istri, Nining Tiningsih, bukan hanya menemaninya dari nol, tapi sejak dirinya masih minus. Sebab, kata dia, mereka menikah saat keduanya masih mejalani kuliah. Bedanya, Didik kuliah sambil merintis usaha.

“Saya amat yakin, dukungan, doa, kesabaran istri dan anak-anak sayalah yang membuat saya bisa meraih kesuksesan ini,” ujarnya.

Didik menyampaikan, masih ada beberapa hal yang merupakan cita-citanya yang belum terwujud. Untuk itu, pria yang aktif di Lembaga Pengembangan Mutu STTM Muhammadiyah ini bertekad merealisasikannya.

“Cita-cita saya sebagaimana cita-cita ayahanda saya, yaitu ingin memiliki lembaga pendidikan yang sangat murah namun berkualitas,” tandasnya. (anw)

 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *