TANGERANG-Aksi unjuk rasa yang digelar puluhan mahasiswa pada HUT Kabupaten Tangerang ke-389, Provinsi Banten, berakhir ricuh, Rabu (13/10/2021). Satu mahasiswa kejang-kejang diduga setelah dibanting anggota polisi yang mengamankan aksi unjukrasa.
Awalnya aksi demo bejalan damai, saat mahasiswa mulai merangsak mengarah gedung bupati, mulai tejadi keicuhan. Aksi saling dorong antara mahasiswa dengan anggota kepolisian tak terelakan. Bahkan salah satu mahasiswa yang sedang bejalan langsung dibekap dan diduga dibanting oleh aparat kepolisian hingga kejang-kejang.
Pasca kejadian itu, puluhan mahasiswa langsung diangkut ke Mapolresta Tangerang untuk diamankan. Sementara kelompok mahasiswa lainnya datang kembali untuk melanjutkan aksi untukrasa.
Kapolresta Tangerang Kombes Pol Wahyu Sri Bintoro menjelaskan, kondisi 24 peserta unjukrasa dari Himata saat ini sedang dilakukan Swab dan akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Sedangkan, untuk salah seorang peserta unjukrasa yang diduga dibanting oknum polisi saat ini sudah dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat tindakan medis. Menurutnya, pihak keamanan sudah diperintahkan agar menangani unjukrasa itu tanpa ada kekerasan.
“Dalam Arahan Pimpinan Pasukan (APP), saya sudah jelaskan, tidak ada kekerasan. Kalau masih ada, berarti oknum anggota (Polri) tersebut akan saya tindak tegas,” ujar Wahyu Sri Bintoro.
Dihubungi terpisah, mantan Ketua Forum Himata Berasma yang kini menjadi anggota DPRD Provinsi Banten Ade Awaludin mengaku prihatain atas tindakan represif oleh oknum anggota polisi saat mengamankan aksi unjuk rasa yang digelar Himpunan Mahasiswa Tangerang Banten Raya (Himata BTR) di depan Kantor Bupati Tangerang.
Menurut Ade, tindakan kekerasan terhadap peserta unjukrasa itu tidak manusiawi. Sebab, Ade menilai Himata selaku organisasi Mahasiswa putra daerah tidak mungkin akan merusak fasilitas umum (Fasum) atau milik pemerintah.
“Mereka bukan anggota teroris atau anggota separatis KKB, tapi kader-kader daerah. Saya tidak yakin kalau mereka sampai berniat merusak fasum. Buktinya, aksi bakar pun tidak ada,” ujar Ade Awaludin.
Ade mempertanyakan, mengapa aparat pengamanan dari pihak kepolisian panik dengan suara- suara yang dilontarkan oleh mahasiswa (Himata). Padahal, hal itu bisa saja mewakili suara hati nurani masyarakat.
Ade meminta agar 24 mahasiswa yang kini diamankan di Polresta Tangerang agar segera dipulangkan. (asn)