16 Kecamatan Rawan DBD

BALARAJA – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tangerang medio Januari-Februari 2016 menyebabkan 15 orang meninggal dunia. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Naniek Isnaeni mengungkapkan, hampir kebanyakan korban jiwa itu sudah telat penanganannya.

Untuk itu kata Naniek, masyarakat dihimbau jangan sampai telat mambawa sanak keluarganya ke rumah sakit kalau terjangkit DBD. “Kalau sudah demam yah langsung bawa ke Puskesmas biar dicek untuk mendapat penanganan, jangan sampai telat penanganannya, karena bisa berbahaya terutama bagi anak-anak,” katanya.

Menurut Naniek, untuk korban meninggal di bulan Januari sebanyak 13 orang, dan di bulan Februari berjumlah 2 orang. Sedangkan untuk kasus korban yang terkena DBD untuk bulan Januari sebanyak 359 kasus, sedangkan untuk Februari 76 kasus.

“Memang di tahun 2016 ini mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya karena memang memasuki siklus 3 tahunan,” ujarnya. Untuk itu tambah dia, pihaknya meminta bantuan Kemenkes RI untuk melakukan dan meneliti nyamuk di Kabupaten Tangerang.

Apakah nyamuk itu sudah kebal dan mutasi gen atau seperti apa. “Kita juga terus melakukan kesiapsiagaan baik dari tenaga medis maupun sarana dan prasarananya. Kita juga terus lakukan sosialisasi pembentukan juru pantau jentik bahkan sampai ke tingkat sekolah,” imbuhnya.

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar menegaskan, Pemkab Tangerang sudah melakukan langkah pencegahan untuk meminimalisasi dampak DBD. Antara lain, menerjunkan Jumantik, fogging dan langkah lainnya. “Memang Setelah kita pantau ada 16 kecamatan yang terdapat kasus DBD, dari 16 itu terdapat 5 kecamatan yang paling tinggi kasusnya, seperti Cikupa, Panongan, Pasar Kemis, Sindang Jaya dan Balaraja,” ujarnya di RSUD Balaraja, Selasa (9/2/2016).

Zaki menghimbau kepada seluruh masyarakat Kabupaten Tangerang untuk menjaga kebersihan lingkungan. “Banyak juga masyarakat meminta agar wilayahnya difogging, sebenarnya fogging bukan solusi utama pembasmian DBD. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja tidak membunuh jentiknya.

Sebenarnya fogging apabila dilakukan tidak tepat justru bisa berbahaya dan meracuni. Intinya kita siap siaga waspada tapi kita tidak panik, saya sudah sampaikan berkali-kali kepada masyarakat agar selalu jaga lingkungan agar terbebas dari banjir dan penyakit,” tegas Zaki. (bar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *