Sosialisasi 4 Pilar, Ananta Bagikan Pengalaman Saat Jadi Aktivis Hingga Politikus

Ananta Wahana dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama dengan kaum milenial, aktivis dan kader PDI Perjuangan di wilayah Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangsel.
Ananta Wahana dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama dengan kaum milenial, aktivis dan kader PDI Perjuangan di wilayah Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangsel.

Tangsel –Gelar Sosialiaasi 4 Pilar, Senin 07 Desember 2010, Anggota MPR RI Ananta Wahana bagikan pengalamannya selama menjadi aktivis hingga menjadi politikus yang sudah enam kali dilantik sebagai wakil rakyat kepada peserta yang terdiri aktivis, anak-anak muda milenial, dan kader PDI perjuangan di wilayah Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Ananta mengaku, malang melintang sebagai aktivis ia lakoni sejak masih bergabung dalam Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) dan GMNI di Solo. Ketika terjun ke politik hingga enam kali dilantik sebagai anggota DPR, kata Ananta, melalui proses yang cukup panjang dengan banyak tantangan. Namun dengan kerja keras dan keyakinannya, serta rasionalitasnya dalam berpikir, setiap kali tampil pada kontestan Pemilu, selalu terpilih.

Ananta juga menyebut bahwa dirinya tidak 100 persen mempercayai bahwa “money politic” menjamin seseorang bakal dipilih oleh rakyat. Tapi, kata Ananta, justru akan terjebak dalam politik kotor yang akan merugikan masyarakat sendiri.

Dalam kegiatan yang dihelat di wilayah Kecamatan Ciputat Timur tersebut, politisi PDI Perjuangan itu juga memberikan wawasan tentang pedoman partai yang berazaskan Pancasila dan pentingnya menjadi pemilih cerdas dalam Pilkada Tangsel yang akan digelar serentak dengan kabupaten/kota se-Indonesia pada 9 Desember 2020 besok.

Dikatakan pula, sosialisasi empat pilar, merupakan perintah dari Undang Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Dalam Undang Undang itu MPR mendapat tugas mensosialisasikan Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).

“Empat Pilar itu yang pertama adalah Pancasila sebagai dasar negara. Kedua UUD NRI 1945. Ketiga NKRI, dan keempat Bhineka Tunggal Ika. Bhineka ini menjadi padangan hidup bangsa Indonesia yang menyatukan kita,” ujar Ananta Wahana.

Terlebih di era sekarang, di mana bangsa, terutama generasi muda sudah mengalami dekadensi moral, serta mulai disusupi oleh faham-faham radikalisasi yang mengarah pada intoleransi.

Sementara itu, Ito Prajna Nugraha, yang hadir sebagai narasumber dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, mengajak para kaum muda milenial, aktivis dan para kader yang mengikuti kegiatan tersebut untuk bangga menjadi orang Indonesia. Ito mencontohkan, orang luar negeri saja, yaitu Jepang, apa bila mau bekerja di Indonesia, mereka harus belajar dulu tentang ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

“Ini menjadi kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia,” kata Ito.

Belum lagi secara geografis wilayah, Indonesia memiliii ribuan pulau dengan 1.340 etnis, serta 718 bahasa daerah yang berbeda. Tentu saja, lanjut Ito, secara kebudayaan Indonesia sangat beragam. Bahkan menjadi 10 besar negara paling kaya secara alam, karena kekayaan alamnya berlimpah.

Untuk itu, ujar pria yang pernah menjadi dosen di Universitas Pertahanan ini, Sosialisasi Empat Pilar ini menjadi sangat penting untuk menumbuhkan jiwa kebangsaan dan kebanggaan terhadap bangsa yang memiliki keberagaman budaya.

“Ini menjadi penting, karena Pancasila yang menyatukan kita, sebagai dasar negara. Kedua UUD NRI 1945. Ketiga NKRI, dan keempat Bhineka Tunggal Ika. Bhineka menjadi dasar hidup negara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *